Sabtu, 19 Mei 2012

devisiensi vitamin A

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Vitamin merupakan suatu zat senyawa kompleks yang berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses kerja tubuh. Zat ini sangat penting untuk melakukan aktivitas, karena bila tubuh kekurangan, maka pada akhirnya akibat kekurangan vitamin akan membuat tubuh rentan terhadap penyakit.
Vitamin A merupakan salah satu jenis vitamin larut dalam lemak yang berperan penting dalam pembentukan sistem penglihatan yang baik. Terdapat beberapa senyawa yang digolongkan ke dalam kelompok vitamin A, antara lain retinol, retinil palmitat, dan retinil asetat. Akan tetapi, istilah vitamin A sering kali merujuk pada senyawa retinol dibandingkan dengan senyawa lain karena senyawa inilah yang paling banyak berperan aktif di dalam tubuh. Vitamin A banyak ditemukan pada wortel, minyak ikan, susu, keju, dan hati. 
Akibat kekurangan vitamin bisa menjadi problem yang besar, apa lagi karena vitamin merupakan salah satu zat yang paling dibutuhkan oleh tubuh manusia. Berbagai vitamin memang tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh manusia, karena itu perlu asupan dari makanan dan buah-buahan untuk mendapatkan vitamin tersebut.
Vitamin A dapat diperoleh pada minyak hati ikan, kuning telur, mentega, krim dan margarin yang telah diperkaya dengan vitamin A. Sedangkan provitamin A dapat diperoleh dari sayur-sayuran berdaun hijau gelap dan buah-buahan berwarna kuning atau merah serta minyak kelapa.
Akibat dari kekurangan vitamin A ini bermacam-macam antara lain terhambatnya pertumbuhan, gangguan pada kemampuan mata dalam menerima cahaya, kelainan-kelainan pada mata seperti xerosis dan xerophthalmia, serta meningkatnya kemungkinan menderita penyakit infeksi. Bahkan pada anak yang mengalami kekurangan vitamin A berat angka kematian meningkat sampai 50%.

1.2    Tujuan
1.2.1  Mengetahui etiologi defisiensi vitamin A.
1.2.2 Mengetahui tanda, dan gejala defisiensi vitamin A.
1.2.3  Mengetahui patofisiologi terjadinya defisiensi vitamin A.
1.2.4 Mengetahui prinsip pencegahan gizi dan terapi defisiensi vitamin A.
1.3    Manfaat
Memperoleh pengentahuan tentan devisiensi vitamin A.























BAB 2
PEMBAHASAN
2.1    Definisi
2.1.1            Vitamin A
Vitamin A adalah vitamin yang larut dalam lemak. Berdasarkan struktur kimianya disebut retinol atau retina atau asam retinoat, terdapat pada jaringan hewan dimana retinol (+ 90 – 95%) terdapat pada hati, terdapat pada jaringan nabati  dimana karotin atau provitamin A.
2.1.2            Peranan Vitamin A
1)   Pengelihatan
Vitamin A banyak berperan dalam pembentukan indra penglihatan bagi manusia. Vitamin ini akan membantu mengkonversi sinyal molekul dari sinar yang diterima oleh retina untuk menjadi suatu proyeksi gambar di otak  kita. Senyawa yang berperan utama dalam hal ini adalah retinol. Bersama dengan rodopsin, senyawa retinol akan membentuk komplek spigmen yang sensitif terhadap cahaya untuk mentransmisikan sinyal cahaya ke otak. Oleh karena itu, kekurangan vitamin A di dalam tubuh sering kali berakibat fatal pada organ penglihatan.
2)   Sistem Imun
Vitamin A juga dapat melindungi tubuh dari infeksi organisme asing, seperti bakteri patogen. Mekanisme pertahanan ini termasuk ke dalam sistem imun eksternal, karena sistem imun ini berasal dari luar tubuh. Vitamin ini akan meningkatkan aktivitas kerja dari sel darah putih dan antibodi di dalam tubuh sehingga tubuh menjadi lebih resisten terhadap senyawa toksin maupun terhadap serangan mikroorganisme parasit, seperti bakteri pathogen dan virus.
3)   Sebagai Antioksidan
Antioksidan terdapat juga dalam vitamin A. Beta karoten, salah satu bentuk vitamin A, merupakan senyawa dengan aktivitas antioksidan yang mampu menengkal radikal bebas. Senyawa radikal bebas ini banyak berasal dari oksidasi di dalam tubuh maupun dari polusi di lingkungan yang masuk ke dalam tubuh. Antioksidan di dalam tubuh dapat mencegah kerusakan pada materi genetik (DNA dan RNA) oleh radikal bebas sehingga laju mutasi dapat ditekan. Penurunan laju mutasi ini akan berujung pada penurunan resiko pembentukan sel kanker. Aktifitas antioksidan juga erat dengan pencegahan proses penuaan, terutama pada sel kulit.
2.1.3            Manfaat
Vitamin A berperan pada fungsi mencakup 3 golongan besar yaitu penglihatan, fungsi dalam metabolisme umum seperti integritas epitel, stabilisais membran, respon imun, perkembangan tulang rangka dan pertumbuhan gigi serta funsi berikutnya adalah dalam proses reproduksi.
Secara garis besar, manfaat vitamin A adalah sebagai berikut :
1)      Proses penglihatan
Vitamin A dalam bentuk retinal akan bergabung dengan opsin (suatu protein) membentuk rhodopsin, yang merupakan pigmen penglihatan. Adanya rhodopsin itulah yang memungkinkan kita dapat melihat. Rendahnya konsumsi menyebabkan menurunnya simpanan vitamin A di dalam hati dan kadarnya di dalam darah. Akibat lebih lanjut adalah berkurangnya vitamin A yang tersedia untuk retina.
2)      Mengatur sistem kekebalan tubuh (imunitas)
Sistem kekebalan membantu mencegah atau melawan infeksi dengan cara membuat sel darah putih yang dapat menghancurkan berbagai bakteri dan virus berbahaya. Vitamin A dapat membantu limposit (salah satu tipe sel darah putih) untuk berfungsi lebih efektif dalam melawan infeksi.
3)      Mencegah kebutaan
Kekurangan vitamin A menyebabkan kelenjar tidak  mampu mengeluarkan air mata, sehingga film yang menutupi kornea mengering. Selanjutnya kornea mengalami keratinisasi dan pengelupasan, sehingga menjadi pecah. Infeksi tersebut menyebabkan mata mengeluarkan nanah dan darah. Dampak lebih lanjut adalah munculnya titik bitot (putih pada bagian hitam mata) serta terjadi gangguan yang disebut xerosis konjungtiva, xerophthalmia, dan buta permanen.


4)      Menangkal radikal bebas
Vitamin A dan betakaroten terbukti merupakan antioksidan yang dapat melindungi sel dari serangan radikal bebas untuk mencegah timbulnya berbagai penyakit kronis, seperti jantung dan kanker.
5)      Memicu pertumbuhan
Kekurangan vitamin A menyebabkan terhambatnya pertumbuhan karena gangguan pada sintesis protein. Gejala ini sering tampak pada anak balita. Penelitian pada hewan percobaan menunjukkan bahwa proses pertumbuhan akan terhenti jika kebutuhan vitamin A tidak terpenuhi.
6)      Memelihara kesehatan sel-sel epitel pada saluran pernapasan
Kekuranganatau kekurangan vitamin A menyebabkan sel-sel epitel tidak mampu mengeluarkan mucus (lendir) dan membentuk cilia (semacam rambut) untuk mencegah akumulasi bahan asing pada permukaan sel. Karena itu, kekurangan vitamin A dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan bagian atas (ISPA).
7)      Membentuk dan memelihara pertumbuhan tulang dan gigi
Kekurangan vitamin A terbukti dapat menghambat pemanjangan tulang dan terbentuknya gigi yang sehat. Karena itu, kecukupan konsumsi vitamin A sangat penting di perhatikan untuk anak-anak yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan.
8)      Memelihara kesehatan kulit dan rambut
Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan kulit dan rambut menjadi kasar dan kering.
9)      Mendukung proses reproduksi
Vitamin A diperlukan dalam produktivitas hormon steroid (hormon seks) dan proses spermatogenesis (pembentukan sel sperma) yang sangat vital dalam proses pembuahan sel telur untuk menghasilkan keturunan. Karena itu, kekurangan vitamin A menyebabkan kemandulan.
2.1.4            Sumber Vitamin A
Sumber vitamin A dapat dibedakan atas preformed vitamin A (vitamin A bentuk jadi) dan provitamin A (bahan baku vitamin A). Vitamin A bentuk  jadi atau retinol bersumber dari pangan hewani, seperti daging, susu dan olahannya (mentega dan keju), kuning telur, hati ternak dan ikan, minyak ikan (cod, halibut, hiu).
Provitamin A atau korotenoid umumnya bersumber pada sayuran berdaun hijau gelap (bayam, singkong, sawi hijau), wortel, waluh (labu parang), ubi jalar kuning atau merah, buah-buahan berwarna kuning (pepaya, mangga, apricot, peach), serta minyak sawit merah. Sayangnya, pada proses pengolahan lebih lanjut, banyak betakaroten yang hilang, sehingga kadarnya hanya tinggal sedikit pada minyak goreng.
Betakaroten merupakan provitamin A yang paling efektif diubah oleh tubuh menjadi retinol (bentuk aktif vitamin A). Karotenoid lainnya, seperti lycopene (tomat dan semangka), xanthopyl (kuning telur dan jagung), zeaxanthin (jagung), serta lutein, walaupun memiliki aktivitas untuk  peningkatan kesehatan, bukan merupakan sumber vitamin A.
2.1.5            Metabolisme Vitamin A
Vitamin A dalam mekanan sebagian besar berbentuk ester retinil. Di dalam sel mukosa usus halus, ester retinil dihidrolisis oleh enzim-enzim pankreas (esterase) menjadi rerinol yang lebih mudah diabsopsi. Untuk penyerapan karotin, diperlukan adanya empedu sedangkan untuk preformed vitamin A, empedu hanya dapat membantu menigkatkan penyerapannya.
Retinol bereaksi dengan asam lemak dan membentuk ester, diangkut oleh kilomikron dan LDL melalui system limfe ke dalam aliran darah menuju ke hati. Hati berperan menyimpan vitamin A yang dapat bertahan hingga 6 bulan. Bila tubuh memerlukan, vitamin A di mobilisasi dari hati dalam bentuk retinol yang diangkut oleh Retinol Binding Protein (RBP) yang dihasilkan oleh hati. Di dalam plasma kompleks ini diikat lagi oleh prealbumin dan di transport ke sel-sel target yang memerlukan vitamin A diseluruh jaringan tubuh. Metabolisme vitamin A memerlukan Zn karena Zn memacu pergerakan vitamin A dari hati.




Retinal (eye)
Retinyl esters
(diet)
β-karoten
Retinal (intestine)
Retinol
Chylomicrons
β-lipprotein (lymp)

Retinyl ester
RBP-cell
Surface receptor (target sel
Retinol Blinding Protein (RBP)
Prealbumin (blood)
Retinyl ester (liver)
Retinoic acid
(epithelia tissue)
 
















2.1.6            Kebutuhan Vitamin A
Oleh Food and Nutrition Board of te National Research Council of the United States of America dianjurkan pemberian vitamin A dalam diet sebagai berikut:
ü  Bayi                            : 1.500 SI
ü  Umur 1 – 3 tahun                 : 2.000 SI
ü  Umur 4 – 6 tahun                : 2.500 SI
ü  Umur 7 – 9 tahun                : 3.500 SI
ü  Umur 10 – 12 tahun   : 4.500 SI
ü  Umur 13 – 19 tahun    : 5.000 SI
Vitamin A bukan hanya berguna untuk mencegah kebutaan, tapi sanggup memicu pertumbuhan balita dan sebagai menangkal radikal bebas. Vitamin A juga penting untuk pemeliharaan rambut dan kulit serta berguna membantu hormon yang berperan dalam proses reproduksi.
Dulu orang menduga bahwa untuk mencapai gizi normal, tubuh hanya memerlukan protein, lemak, karbohidrat, dan mineral. Pendapat itu berlangsung terus, sampai akhirnya di awal abad ke-20, seorang ahli membuktikan bahwa orang tidak dapat hidup normal hanya dengan zat-zat gizi tersebut.
Pada tahun 1911 diusulkan suatu zat pelengkap yang disebut vitamin. Vitamin adalah zat organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah sangat sedikit, tapi sangat dibutuhkan dalam usaha mempertahankan gizi normal. Semua mahkluk hidup membutuhkan vitamin untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tumbuh-tumbuhan dapat mensintesis sendiri vitamin untuk memenuhi kebutuhannya, sedangkan manusia dan hewan mendapatkan hampir semuanya dari makanan.
Dalam beberapa hal, tubuh manusia dapat membuat vitamin, misalnya dari provitamin A (karoten) yang diubah menjadi vitamin A. Ada juga beberapa vitamin yang dapat disintesis dengan pertolongan bakteri yang terdapat didalam usus manusia.
Vitamin dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yaitu yang larut didalam air dan lemak. Contoh vitamin yang larut di dalam air adalah B kompleks dan C, sedangkan yang larut lemak vitamin A, D, E, dan K. Dari semua vitamin tersebut, vitamin A paling banyak menimbulkan masalah.
Salah satu dari empat masalah gizi yang dihadapi penduduk Indonesia dewasa ini adalah kekurangan vitamin A (KVA). Vitamin A merupakan vitamin yang paling tua dipelajari, terutama dalam hubungannya dengan masalah kebutaan.
2.2   Defisiensi Vitamin A
Kekurangan vitamin A terjadi ketika kegagalan kronis untuk mengkonsumsi jumlah vitamin A yang cukup atau hasil beta-karoten dalam serum darah yang berada di bawah kisaran yang ditetapkan. Beta-karoten adalah sebuah bentuk provitamin A, yang siap dikonversi menjadi vitamin A dalam tubuh. Kekurangan vitamin A di dapat hasil dari asupan yang tidak memadai, malabsorpsi lemak atau gangguan hati. Defisiensi merusak kekebalan dan hematopoiesis dan menyebabkan ruam kulit dan efek ocular khas (misalnya xeroftalmia, kebutaan malam). Bersama-sama dengan penyakit Malnutrisi Energi Protein (MEP), penyakit tersebut merupakan penyakit yang sangat penting di antara penyakit gangguan gizi di Indonesia dan di banyak negeri yang sedang berkembang. Ia mempunyai perana yang penting sebagai penyebab kebutaan.
Diagnosa berdasarkan temuan okuler khas dan vitamin A level rendah. Kekurangan vitamin A yang berkepanjangan dapat menyebabkan kebutaan total dan ireversibel. Pada kekurangan vitamin A, kadar vitamin A dalam darah menurun sampai kurang dari 20ug/dl (kadar normal 30ug/dl).
Biasanya vitamin digolongkan dalam 2 golongan, yaitu:
a.    Golongan yang larut dalam air, misal: vitamin B kompleks dan vitamin C
b.   Golongan yang larut dalam lemak, misal: vitamin A, D, E dan K
2.3    Etiologi
Penyebab utama kekurangan vitamin A biasanya disebabkan oleh kekurangan makanan berkepanjangan, khususnya di mana beras adalah makanan pokok (tidak mengandung karoten). Terjadinya kekurangan vitamin A berkaitan dengan berbagai faktor dalam hubungan yang kompleks seperti halnya dengan masalah kekurangan kalori protein (KKP). Makanan yang rendah dalam vitamin A biasanya juga rendah dalam protein, lemak dan hubungannya antara hal-hal ini merupakan faktor penting dalam terjadinya kekurangan vitamin A.
Kekurangan vitamin A bisa disebabkan seorang anak kesulitan mengonsumsi vitamin A dalam jumlah yang banyak, kurangnya pengetahuan orang tua tentang peran vitamin A dan kemiskinan. Sedangkan untuk mendapatkan pangan yang difortifikasi bukan hal yang mudah bagi penduduk yang miskin. Karena, harga pangan yang difortifikasi lebih mahal daripada pangan yang tidak difortifikasi.
Resiko KVA meningkat pada pasien yang menderita malabsorpsi lemak, cystic fibrosis, sariawan, insufisiensi pancreas atau kolestasis, serta pada orang yang telah menjalani operasi by pass usus kecil. Hal ini mungkin karena penurunan bioavilabilitas provitamin Akarotenoid atau gangguan dengan penyerapan, penyimpanan, atau transportasi vitamin A. Kelebihan konsumsi alcohol dapat mengurangkan pada vitamin. Pada anak-anak dengan campak, vitamin A dapat mempersingkat durasi gangguan dan mengurangi keparahan gejala dan resiko kematian.
2.4   Tanda Dan Gejala
Gejala yang sering mendapat perhatian adalah gangguan pada penglihatan anak, selanjutnya gangguan kesehatan lainnya dapat juga diidentifikasi sebagai akibat kekurangan Vitamin A.
Berikut adalah gejala dan tanda kekurangan vitamin A:
ü  Gejala pertama dari kekurangan vitamin A biasanya adalah rabun senja. Kemudian akan timbul pengendapan berbusa (bintik Bitot) dalam bagian putih mata (sklera) dan kornea bisa mengeras dan membentuk jaringan parut (xeroftalmia), yang bisa menyebabkan kebutaan yang permanen.
ü  Malnutrisi pada masa anak-anak (marasmus dan kwashiorkor), sering disertai dengan xeroftalmia; bukan karena kurangnya vitamin A dalam makanan, tetapi juga karena kekurangan kalori dan protein menghambat pengangkutan vitamin A.
ü  Kulit dan lapisan paru-paru, usus dan saluran kemih bisa mengeras.
ü  Kekurangan vitamin A juga menyebabkan peradangan kulit (dermatitis) dan meningkatkan kemungkinan terkena infeksi.
ü  Beberapa penderita mengalami anemia.
ü  Kulit menjadi kering, gatal dan kasar.
ü  Rambut dapat terjadi kekeringan dan gangguan pertumbuhan rambut dan kuku.
ü  Gangguan pertumbuhan pada anak-anak.
2.5   Patofisiologi
Gejala klinis defisiensi vitamin A akan tampak bila cadangan vitamin A dalam hati dan organ-organ tubuh lain sudah menurun dan kadar vitamin A dalam serum mencapai garis bawah yang diperlukan untuk mensuplai kebutuhan metabolik mata. Deplesi vitamin A dalam tubuh merupakan proses yang memakan waktu lama. Diawali dengan habisnya persediaan vitamin A di dalam hati, menurunnya kadar vitamin A plasma (kelainan biokimia), kemudian terjadi disfungsi sel batang pada retina (kelainan fungsional), dan akhirnya timbul perubahan jaringan epitel (kelainan antomis). Penurunan vitamin A pada serum tidak menggambarkan defisiensi vitamin A dini, karena deplesi telah terjadi jauh sebelumnya.
Vitamin A merupakan “body regulators” dan berhubungan erat dengan proses-proses metabolisme. Secara umum fungsi tersebut dapat dibagi menjadi dua yaitu :
ü  Yang berhubungan dengan pengelihatan
ü  Yang tidak berhubugan dengan pengelihatan
Fungsi yang berhubungan dengan pengelihatan di jelaskan melalui mekanisme Rods (batang) yang ada di retina yang sensitive terhadap cahaya dengan intensitas yang rendah, sedangkan Cones (kerucut) untuk cahaya dengan intensitas yang tinggi dan untuk menagkap cahaya berwarna. Pigmen yang sensitive terhadap cahaya dari Rods disebut sebagai Rhodopsin.
Ada dua macam sel reseptor pada retina, yaitu sel kerucut (sel konkus) dan sel batang (sel basilus). Retina adalah kelompok prostetik pigmen fotosensitif dalam batang maupun kerucut, perbedaan utama antara pigmen pengelihatan dalam batang (rhodopsin) dan dalam kerucut (iodopsin) adalah protein alami yang terikat pada retina. Vitamin A berfungsi dalam pengelihatan normal pada cahaya remang. Di dalam mata, retinol (bentuk vitamin A yang terdapat di dalam darah) dioksidasi menjadi retinal. Retinal kemudian mengikat protein opsin dan membentuk rhodopsin (suatu pigmen pengelihatan). Rhodopsin merupakan zat yang menerima rangsangan cahaya dan mengubah energi cahaya menjadi energi biolistrik yang merangsang indra pengelihatan. Beta karoten efektif dalam memperbaiki fotosensivitas pada penderita dengan protoporfiria erithopoetik.
Mata membutuhkan waktu beradaptasi dan dapet melihat dari ruangan dengan cahaya terang ke ruangan dengan cahaya remang-remang. Bila seseorang berpindah dari tempat terang ke tempat gelap, akan terjadi regenerasi rhodopsin secara maksilmal. Rhodopsin sangat penting dalam pengelihatan di tempat gelap. Kecepatan mata untuk beradaptasi, berhubungan langsung dengan vitamin A yang tersedia di dalam darah untuk membentuk rhodopsin. Apabila kurang vitamin A, rhodopsin tidak terbentuk dan akan memnyebabkan timbulnya tanda pertama kekurangan vitamin A yaitu rabun senja.
Kekurangan vitamin A dapat mengakibatkan kelainan pada sel-sel epitel pada selaput lendir mata. Kelainan tersebut karena terjadinya proses metaplasi sel-sel epitel, sehingga kelanjar tidak memproduksi cairan yang dapat menyebabkan terjadinya kekeringan pada  mata yang disebut xerosis konjungtiva. Bila kondisi ini berlanjut akan terjadi yang disebut bercak bitot (Bitot Spot) yaitu suatu bercak putih, berbentuk segi tiga di bagian temporal dan diliputi bahan seperti busa.
Defisiensi lebih lanjut menyebabkan xerosis kornea, yaitu kornea menjadi kering dan kehilangan kejernihannya karena terjadi pengeringan pada selaput yang menutupi kornea. Pada stadium yang lanjut, kornea menjadi lebih keruh, berbentuk infiltrat, berlaku pelepasan sel-sel epitel kornea, yang berakibat pada pelunakan dan pecahnya kornea. Mata juga dapat terkena infeksi. Tahap terakhir deri gejala mata yang terinfeksi adalah keratomalasia (kornea melunak dan dapat pecah), sehingga menyebabkan kebutaan total.
Defisiensi vitamin A dapat menyebabkan fungsi kekebalan tubuh menurun, sehingga mudah terkena infeksi. Kekurangan vitamin A menyebabkan lapisan sel yang menutupi paru-paru tidak mengeluarkan lendir, sehingga mudah dimasuki mikroorganisme, bakteri, dan virus yang dapat menyebabkan infeksi. Jika hal ini terjadi pada permukaan dinding usus halus, akan menyebabkan diare.
Vitamin A menpunyai peranan penting pada sintesis protein yaitu pembentukan RNA sehingga berperan terhadap pertumbuha sel. Vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel epitel yang membentuk email gigi. Pada orang yang kekurangan vitamin A, pertumbuhan tulang terhambat dan bentuk tulang tidak normal. Pada anak-anak yang kekurangan vitamin A, terjadi kegagalan pertumbuhan.
Pada keadaan dimana terjadi defisiensi vitamin A akan terjadi gangguan mobilisasi zat besi dari hepar, dengan akibat terjadi penurunan kadar feritin. Gangguan mobilisasi zat besi jugaakan menyebabkan rendahnya kadar zat besi dalam plasma, dimana hal ini akan mengganggu proses sintesis hemoglobin sehingga akan menyebabkan rendahnya kadar Hb dalam darah.
Defisiensi vitamin A kronis anemia serupa seperti yang dijumpai pada defisiensi besi, ditandai dengan Mean Corpuscular Volume (MCV) dan Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC) rendah, terdapat anisositosis dan poikilositosis, kadar  besi serum rendah tetapi cadangan besi (ferritin) didalam hati dan sumsum tulang meningkat. KVA menghambat penggunaan kembali besi untuk eritropoiesis, mengganggu pembentukan transferin dan mengganggu mobilisasi besi.

















Hb 
Defisiensi Vit. A
dalam tubuh
Kelainan pd sel-sel epitel
(selaput lendir mata)
Metapalsia sel-sel epitel
Kelenjar tidak memproduksi cairan
Kekeringan pada mata
(Xerosis Konjungtiva)
Bercak Bitot
Xerosis Kornea
Infeksi
Keratomalsia
Kebutaan Total
Disfungsi sel batang
Kelainan anatomis
Fungsi Imun Tubuh
Infeksi 
Dinding Usus
Diare  
Pertumbuhan tulang terhambat
Gg. Mobilisasi zat besi dari hati
Bentuk tulang tidak normal
Kadar feritin
Kadar zat besi dalam plasma
 























2.6   Penyakit Akibat Defisiensi Vitamin A
Buta senja merupakan gejala awal dari KVA. Gejala klinis KVA pada mata akan timbul bila tubuh mengalami KVA yang telah berlangsung lama. Gejala tersebut akan lebih cepat timbul bila anak menderita penyakit campak, diare, ISPA dan penyakit infeksi lainnya.


Gejala klinis KVA pada mata menurut klasifikasi WHO 1996 sebagai berikut:
1)     Buta Senja (Hemeralopia, nyctalopia) – XN
2)    Xerosis Konjunctiva – XIA
3)     Xerosis Konjunctiva disertai bercak bitot – XIB
4)    Xerosis Kornea – X2
5)    Xerosis kornea dan ulserasi Kornea – X3A
6)    Keratomalasia – X3B
7)    Jaringan Parut Kornea (Sikatriks/scar) – XS
8)    Fundus Xeroftalmia dengan gambaran seperti “cendol” – XF
Ø  XEROFTALMIA
Kelainan atau gangguan mata ini, dari tingkatnya yang ringan sampai berat, sering ditemui pada anak usia balita. Sedangkan, pada bayi atau anak usia di bawah 1 tahun, gangguan ini jarang terjadi. Jika kemudian asupan makanannya kurang atau muncul kerusakan mukosa usus, maka penyerapan zat-zat makanannya termasuk vitamin A juga kurang. Ini pun dapat menyebabkan defisiensi vitamin A pada anak.
Gangguan mata xeroftalmia tidak harus selalu terjadi secara berurutan. Bisa saja pada seorang anak gangguan xeroftalmia ditemukan sudah pada stadium 3. Hal ini tergantung pada seberapa besar defisiensi vitamin A yang dialami. Umumnya, bila berat maka kondisi kesehatan anak pun sangat buruk. Jadi, parah-tidaknya kelainan ini amat tergantung pada kondisi anak yang bersangkutan.
1)     Buta Senja (Hemeralopia, nyctalopia) – XN
ü  Pada keadaan ringan, sel batang retina sulit beradaptasi di ruang yang remang-remang setelah lama berada di cahaya terang.
ü  Penglihatan menurun pada senja hari, dimana penderita tak dapat melihat dilingkungan yang kurang cahaya, sehingga disebut buta senja.
ü  Bila anak sudah dapat berjalan, anak tersebut akan menbentur benda didepannya, karena tidak dapat melihat.
ü  Anak belum dapat berjalan, agak sulit untuk mengatakan anak tersebut buta senja. Dalam keadaan ini biasanaya anak diam memojok bila di dudukkan ditempat kurang cahaya, karena tidak dapat melihat benda atau makanan di depannya.
2)    Xerosis Konjunctiva – XIA
ü  Selaput lendir bola mata tampak kurang mengkilat atau terlihat sedikit kering, berkeriput, dan berpigmentasi dengan permukaan kasar dan kusam.
ü  Orang tua lebih sering mengeluh mata anak tampak kering dan berubah warn kecoklatan.
3)     Xerosis Konjunctiva disertai bercak bitot – XIB
ü  bercak putih seperti busa sabun atau keju terutama di daerah celah mata sisi luar.
ü  Tampak kekeringan meliputi seluruh permukaan konjungtiva.
ü  Konjungtiva tampak menebal, berlipat-lipat dan berkerut.
ü  Orang tua mengeluh mata anaknya tampak bersisi.
4)    Xerosis Kornea – X2
ü  Kekeringan pada konjungtiva berlanjut sampai kornea.
ü  Kornea tampak suram dan kering dengan permukaan tampak kasar 
ü  Keadaan umum anak biasanya buruk (gizi buruk dan menderita, penyakit infeksidan sistemik lain).
5)    Xerosis kornea dan ulserasi Kornea – X3A
ü  Kornea melunak seperti bubur dan dapat terjadi ulkus.
ü  Tahap X3A: bila kelainan mengenai kurang dari 1/3 permukaan kornea.
ü  Tanap X3B: bila kelainan mengenai semua atau lebih dari 1/3 permukaan kornea.
ü  Keadaan umum penderita sangat buruk.
ü  Pada tahap ini dapat terjadi perforasi kornea (kornea pecah).
6)    Keratomalasia – X3B
ü  Pada stadium tiga, kerusakan yang terjadi lebih parah lagi.
ü  Di kornea itusudah muncul ulkus atau borok.
ü  Ukurannya bisa kecil atau hanyamengenai kurang dari 1/3 bagian kornea mata dan bisa juga besar sampaimengenai daerah permukaannya.
ü  Yang paling parah, bila kornea sudahmencair. Kerusakan mata seperti ini sudah permanen sifatnya.
ü  Anak akanmengalami kebutaan dan tak bisa disembuhkan
7)    Jaringan Parut Kornea (Sikatriks/scar) – XS
ü  Pada gangguan stadium akhir,
ü  kornea mata tampak menjadi putih.
ü  Bolamata juga tampak mengempis. Jaringan parut yang ditinggalkan akibat kerusakan itu akan menghalangi penglihatan anak. Ia tak bisa melihat lagiatau buta.
ü  Kerusakan yang terjadi pun permanen, tak bisa diperbaiki.
2.7   Penatalaksanaan
2.7.1            Medikamentosa
Untuk mengatasi gejala defisiensi vitamin A, pemberian vitamin A palmitat sebanyak 25.000-50.000 1U/hari per oral setiap hari selama 2 hari dan dosis lebih lanjut setelah 7-10 hari. Jika pasien muntah, pemberian vitamin A secara IM dianjurkan. Sebagai bentuk oral, suplemen vitamin A untuk menurunkan resiko morbiditas, terutama yang menderita diare hebat dan mengurangi kematian dari penyakit  campak dan semua penyebab kematian. Pemberian vitamin E bersama vitamin A nampaknya meningkatkan efektivitas vitamin A dan mencegah kemungkinan terjadi hipervitaminosis A.
Untuk mengobati anak dengan gejala buta senja (XN) hingga xerosis kornea (X2) dimana pengelihatan masih dapat disembuhkan, pengobatan dimulai sejak penderita ditemukan (hati pertama) dengan pemberian kapsul vitamin A sesuai dengan usia. Bayi kurang dari 5 bula diberikan ½ kapsul biru (50.000 SI), bayi usia 6-11 bulan diberika 1 kapsul biru (100.000 SI), dan anak usia 12-59 bulan diberikan 1 kapsup merah (200.000 SI). Lalu pada hari kedua berikan 1 kapsul vitamin A sesuai dengan usia seperti ketentuan. Dua minggu kemudian, penderita kembali diberikan kapsul vitamin A dengan usia seperti ketentuan.
Pada keadaan xerosis kornea, keratomalasia, damn ulkus kornea, anak dapat diberikan tetes mata antibiotic tanpa kortikosteroid oleh dokter dengan cara diteteskan pada bagian kelopak mata. Pengobatan vitamin A juga harus disertai dengan perbaikan gizi, serta pengobatan antibiotic sebagai pengobatan tambahan untuk mencegah infeksi sekunder, kapsul biru (100.000 SI) untuk bayi usia 6-11 bulan dan kapsul merah untuk balita dan ibu nifas.
2.7.2           Non Medikamentosa
Pengobatan untuk KVA subklinis meliputi konsumsi makanan kaya vitamin A, seperti hati, daging sapi, ayam, telur, susu yang diperkaya, wortel, mangga, ubi jalar, dan sayuran berdaun hijau. Makan sedikitnya 5 porsi buah dan sayuran per hari dianjurkan untuk menyediakan distribusi komprehensif karotenoid. Berbagai makanan, seperti sereal , kue, roti, biskut, dan bar sereal gandum, sering diperkaya dengan 10-15% dari RDA vitamin A
2.8   Komplikasi
2.8.1            Kebutaan
Gejala awal dari defisiensi vitamin A adalah anak tidak lagi dapat melihat dengan jelas disore hari, disebut sebagai buta senja. Tahapan selanjutnya jika defisiensi vitamin A terus berlanjut adalah xerosis konjungtiva (bagian putih mata kering, kusam tidak bersinar), bercak bitot (bercak seperti busa sabuh), xerosis kornea (bagian hitam mata kering, kusam dan tidak bersinar), keratomalasia (sebagian dari hitam mata melunak seperti bubur) ulserasi kornea (seluruh bagian hitam mata melunak seperti bubur), xeroftalmia scars (bola mata mengecul atau mengempis) dan akhirnya menjurus buta permanen.
2.8.2            Defisiensi zat besi
Vitamin A interaksi denga besi. Nilai hemoglobin berkurang dengan pola yang sama dengan plasma vitamin A dan vitamin A yang cukup juga meningkatkan nilai hemoglobin seiring dengan kenaikan vitamin A. Mekanisme interaksi antara vitamin  A dan besi adalah terjadinya gangguan mobilisasi pada besi dri hati dan/atau penggabungan besi ke eritrosit bila terjadi defisiensi vitamin A. Vitamin dan β-karoten dapat membentuk suatu kompleks dengan besi untuk membuatnya tetap larut dalam lumen usus halus dan mencegah efek penghambat fitat danpolifenol pada absorpsi besi.
2.9   Prognosis
1)     Jika pasien masih tahap xerosis kornea (X2), pengobatan yang tepat dapat menyembuhkan sepenuhnya dalam beberapa minggu. Penyembuhan sempurna biasanya terjadi dengan pengobatan tiap hari.
2)    Gejala dan tanda KVA biasanya menghilang dalam waktu 1 minggi setelah pemberian vitamin A dihentikan.
3)     Lesi pada mata akan mengancam pengelihatan (25% benar-benar buta dan sisanya sebagian buta)
4)     Mortalitas pada kasus-kasus yang berat mencapai 50% atau lebih karena sering disertai oleh mulnutrisi yang berat (PEM).
2.10 Pencegahan
Kekurangan vitamin A dapat dicegah dengan diet makanan yang kaya akan vitamin A atau beta-karoten sebagai komponen diet seharian. Diet harus mencakup sayuran berdaun hijau, buah-buahan misalnya papaya, jeruk, wortel, dan sayuran kuning (misalnya labu). Susu yang diperkaya vitamin A dan sereal, hati, kuning telur, dan minyak ikan turut membantu. Karotenois diserap lebih baik bila dikonsumsi dengan beberapa makanan yang mengandung lemak. Jika bayi dicurigai alergi susu, mereka harus diberi vitamin A yang cukup dalam susu formula.
Di negara-negara berkembang, kekurangan vitamin A dicegah oleh program-program kesehatan masyarakat dengan member profilaksis suplemen vitamin A palmitat. Memperhatikan akibat kekurangan vitamin A seperti yang telah disebutkan di atas maka untuk mencegah terjadinya kekurangan vitamin A, di Posyandu atau Puskesmas pada bulan Februari dan Agustus seluruh bayi usi 6-11 bulan harus mendapat 1 kapsul vitamin A biru dan seluruh anak balita usia 12-59 bulan mendapat kapsul vitamin A warna merah. Sedangkan untuk ibu nifas sampai 30 hari setelah melahirkan mendapat 1 kapsul vitamin A warna merah.
Prinsip dasr lain untuk mencegeh KVA adalah memenuhu kebutuhan vitamin A yang cukup untuk tubuh serta mencegah penyakit infeksi terutama diare dan campak. Selain itu perlu memperhatikan kesehatan secara umum. Berikut beberapa langkah lain yang dapatdilakuakan untuk mencegah KVA :
ü  Mengenal tanda-tanda kelainan secara dini
ü  Bagi yang memiliki bayi dan anak disarankan untuk mengkonsumsi vitamin A dosis tinggi secara periodik, yang didapatkan umumnya pada Posyandu terdekat.
ü  Segera mengobati penyakit penyebab atau penyerta
ü  Meningkatkan status gizi, mengobati gizi buruk 
ü  Memberikan ASI Eksklusif 
ü  Melakukan Imunisasi dasar pada setiap bayi


















BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1    Pengkajian
A. Identitas Pasien
B.  Keluhan Utama
·         Pasien mengeluh mata terasa kering
·         Pengelihatan menjadi kabur
·         Mata terasa berkunang-kunang
C. Riwayat Keperawatan
D. Pemeriksaan Fisik
·         Dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda atau gejala klinis dan menentukandiagnosis serta pengobatannya, terdiri dari :
a.    Pemeriksaan Umum
Dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit-penyakit yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan timbulnya xeroftalmia seperti gizi buruk, penyakit infeksi, dan kelainan fungsi hati yang terdiri dari :
ü  Antropometri : Pengukuran berat badan dan tinggi badan
ü  Penilaian Status gizi : Apakah anak menderita gizi kurang atau gizi buruk 
ü  Kelainan pada kulit : kering, bersisik
b.    Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan mata untuk melihat tanda Xeroftalmia dengan menggunakan senter yang terang, dengan melihat :
ü  Apakah ada tanda kekeringan pada konjungtiva (X1A)
ü  Apakah ada bercak bitot (X1B)
ü  Apakah ada tanda-tanda xerosis kornea (X2)
ü  Apakah ada tanda-tanda ulkus kornea dan keratomalasia (X3A/X3B)
ü  Apakah ada tanda-tanda sikatriks akibat xeroftalmia (XS)
ü  Apakah ada gambaran seperti cendol pada fundus oculi dengan opthalmoscope(XF)


c.    Tes Adaptasi Gelap
Pemeriksaan didasarkan pada keadaan bila terdapat kekurangan gizi atau kekurangan vitamin A. akan terjadi gangguan pada adaptasi gelap. Dengan uji inidilakukan penilaian fungsi sel batang retina pada pasien dengan keluhan buta senja. Pada pasien yang sebelumnya telah mendapat penyinaran terang, dilihat kemampuan melihatnya sesudah sekitarnya digelapkan dengan perlahan-lahan dinaikkan intensitas sumber sinar. Ambang rangsang mulai terligat menunjukkan kemampuan pasien beradaptasi gelap.
d.   Pemeriksaan Laboraturium
Pemeriksaan laboraturium dilakukan untuk mendukung diagnosa kekurangan vitamin A, bila secara klinis tidak ditemukan tanda-tanda khas KVA, namun hasil pemeriksaan lain menunjukkan bahwa anak tersebut resiko tinggi untuk menderita KVA. Pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan serum retinol. Bila ditemukan serum retinol < 20 ug/dl, berarti anak tersebut menderita KVA sub klinis. Pemerikassan laboraturium lain dapat dilakukan untuk mengetahui penyakit lain yang dapat memperparah seperti pada :
ü  Pemeriksaan serum RBP (Retinol Binding Protein) lebih mudah untuk melakukan dan lebih murah dari atudi retinol serum, karena RBP adalah protein dan dapat dideteksi oleh tes imunologi. RBP juga merupakan senyawa lebih stabil dari retinol yang berikatan dengan cahaya dan suhu. Namun, tingkat RBP kurang akurat, karena mereka dipengaruhi oleh konsentrasi protein serum dan  karena jenis RBP tidak dapat dibedakan.
ü  Pemeriksaan albumin darah karena tingkat albumin adalah ukuran langsung dari kadar vitamin A.
ü  Pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui kemungkinan anemia, infeksi atau sepsis.
ü  Pemeriksaan fungsi hati untuk mengevaluasi status gizi.
ü  Pada anak-anak, pemeriksaan radiografi dari tulang panjang mungkin berguna saat evaluasi sedang dibuat untuk pertumbuhan tulang dan untuk deposisi tulang periosteal berlebih.
3.2    Diagnosa Keperawatan
1)     Resiko tinggi infeksi b/d daya tahan terhadap infeksi turun
2)    Gangguan sensori-persepsi pengelihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori atau status organ indra
3)     Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan keterbatasan pengelihatan ditandai dengan : mata hitam menjadi keruh, kusam, keruh keriput, dan timbul bercak yang menganggu pengelihatan.
4)     Ansietas berhubungan dengan factor fisiologi perubahan status kesehatan, kemungkinan atau kenyataan kehilangan pengelihatan.
3.3    Intervensi
Dx 1 : Resiko tinggi infeksi b/d daya tahan tubuh terhadap infeksi turun
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam tidak terjadi infeks dengan kriteria hasil: Masa penyembuhan tepat waktu tanpa bukti penyebaran infeksi endogen      
Intervensi :

1)     Pertahanan teknik aseptic dan teknik cuci tangan yang tepat baik petugas atau pengunjung. Pantau dan batasi pengunjung.

R/ menurunkan resiko px terkena infeksi sekunder, mengontrol penyebaran sumber infeksi, mencegah pemajaran pada individu yang mengalami nfeksi saluran nafas atas.

2)    Obs. suhu secara teratur dan tanda-tanda klinis dari infeksi.

R/ Deteksi dini tanda-tanda infeksi

3)     Berikan antibiotika sesuai indikasi

R/ Obat yang dipilih tergantung tipe infeksi dan sensitivitas individu.



Dx 2 : Gangguan sensori-persepsi pengelihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori atau status organ indra
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam sensori-persepsi pengelihatan mengalami perubahan dengan kriteria hasil :
ü  Meningkatnya ketajaman pengelihatan dalam batas situasi individu
ü  Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan
ü  Mengidentifikasi atau memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan
Intervensi :
1)     Kaji ketajaman pengelihatan.
R/ untuk mengetahui ketajaman pengelihatan klien dan sumber pengelihatan menurut ukuran yang baku.
2)    Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan atau kemungkinan kehilangan pengelihatan.
R/ sementara intervensi dini mencegah kebutaan, pasien menghadapi kemungkinan kehilangan pengelihatan sebagian atau total, meskipun kehilangan pengelihatan telah terjadi tidak dapat diperbaiki meskipun dengan pengobatan kehilangan lanjut dapat dicegah.
3)     Lakukan tindakan untuk membantu klien menangani keterbatasa pengelihatan, contoh : kurangi kekacauan, atur prabot, perbaiki sinar yang suram dan masalah pengelihatan malam.
R/ menurunkan bahaya keamanan sehubungan dengan perubahan lapang pandang atau kehilangan pengelihatan dan akomodasi pupil terhadap sinar lingkungan.
4)     Kolaborasi
Ø  Test adaptasi gelap
R/ untuk mengetahui adanya kelainan atau abnormalitas dari fungsi pengelihatan klien.
Ø  Pemberian obat sesuai indikasi, pemberian vitamin A dalam dosis terapeutik yaitu vitamin A oral 50.000-75.000 IU/kgBB tidak lebih dari 400.000-500.000 IU.
R/ pemberian vitamin A dosis terapeutik dapat mengatasi gangguan pengelihatan secara teratur dapat mengembalikan pengelihatan pada mata.
Ø  Pengobatan kelainan pada mata:
Stadium I     : tanpa pengobatan
Stadium II   : berikan AB                
Stadium III   : berikan sulfa atropine 0,5%, tetes mata
  pada anak atau SA 4%  pada orang dewasa.
R/ mengembelikan ke fungsi pengelihatan yang beik da mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut.
Dx 3 : Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan keterbatasan pengelihatan ditandai dengan : mata hitam menjadi keruh, kusam, keruh keriput, dan timbul bercak yang menganggu pengelihatan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam cedera tidak terjadi dengan kriteria hasil klien dapat mengidentifikasi potensial bahaya dalam lingkungan.
Intervensi :
1)     Orientasi klien dengan lingkungan sekitarnya.
R/ meningkatkan pengenalan terhadap lingkungannya.
2)    Anjurkan keluarga untuk tidak memberikan mainan kepada klien yang mudah pecah seperti kaca dan benda-benda tajam.
R/ menghindari pecahnya alat mainan yang dapat mencederai klien atas denda tajam.
3)     Arahkan semua alat mainan yang dibutuhkan klien pada tempat yang sentral dari pandangan klien.
R/ memfokuskan lapang pandang dan menghindari cedera.
Dx 4 : Ansietas berhubungan dengan factor fisiologi perubahan status kesehatan, kemungkinan atau kenyataan kehilangan pengelihatan.
Tujuan : setelah dilakuakn tindakan keperawatan selama 1x24 jam klien akan mengungkapkan bahwa kecemasan sudah berkurang atau hilang dengan kriteria hasil :
ü  Tampak rileks den melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatasi
ü  Menunjukkan keterampilan pemecahan masalah
ü  Menggunakan sumber secara efektif
Intervensi :
1)     Kaji tingkat ansietas, timbulnya gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini.
R/ faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman diri, potensial siklus ansietas dan dapat mempengaruhi upaya medik untuk mengontrol terapi yang diberikan.
2)    Berikan informasi yang akurat dan jujur, diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan pengbatan dapat mencegah pengelihatan tambahan.
R/ menurunkan ansietas sehubungan dengan ketidaktahuan atau harapan yang akan datang dan berikan dasar fakta untuk membuat pilihan informasi tentang pengobatan.
3)     Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresika perasaan.
R/ memberikan kesempatan untuk pasien menerima situasi nyata, mengkelarifikasi slah konsepsi dan pemecahan masalah.
4)     Idenrifikasi sumber atau orang yang menolong.
R/ memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri dalam menghadapi masalah.












BAB 4
PENUTUP
4.1    Kesimpulan
Akibat kekurangan vitamin bisa menjadi problem yang besar, apalagi karena vitamin merupakan salah satu zat yang paling dibutuhkan oleh tubuh manusia. Berbagai vitamin memang tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh manusia, karena itu perlu asupan dari makanan dan buah-buahan untuk mendapatkan vitamin tersebut. Vitamin A dapat diperoleh pada minyak hati ikan, kuning telur, mentega, krim dan margarin yang telah diperkaya dengan vitamin A. Sedangkan provitamin A dapat diperoleh dari sayur-sayuran berdaun hijau gelap danbuah-buahan berwarna kuning atau merah serta minyak kelapa. Kekurangan vitamin A juga dapat menyebabkan Xefophtalmia dan Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR). Maka dari itu perhatian khusus terhadap asupan vitamin A merupakan hal yang harus di perhatikan agar tidak terjadi KVA.
4.2   Saran
Agar tidak terjadi kekurangan vitamin A disarankan diperlukan asupan yang cukup dari makanan dan buah-buahan. Sehingga resiko Xefophtalmia dan Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) dapat diminimalisir ataupun dihindari.












DAFTAR PUSTAKA
Anonim A. 2008. Vitamin A lebih dari sekedar mencegah kebutaan. http://klipingut.wordpress.com.
Surif, Bambang. 2008. Vitamin A untuk berat bayi lahir sangat rendah. http://www.kalbe.co.id.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar